MENGENANGMU, GIE


Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa

Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
Apakah kau masih selembut dahulu?
Memintaku minum susu dan tidur yang lelap
Sambil membenarkan letak leher kemejaku

Kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih
Lembah Mandalawangi
Kau dan aku tegak berdiri
Melihat hutan-hutan yang menjadi suram
Meresapi belaian angin yang menjadi dingin

Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu?
Ketika kudekap, kau dekaplah lebih mesra, lebih dekat
Apakah kau masih akan berkata?
Kudengar detak jantungmu
Kita begitu berbeda dalam semua
Kecuali dalam cinta

Cahaya bulan menusukku
Dengan ribuan pertanyaan
Yang takkan pernah kutahu
Di mana jawaban itu?

Bagai letusan berapi
Bangunkanku dari mimpi
Sudah waktunya berdiri
Mencari jawaban kegelisahan hati

********

Bahasa puisimu, Gie. Membuatku kembali mengingat. Tentang pesan panjang yang dikirim seseorang pada hari lalu. Pesan yang berisi perpisahan yang aku takut membacanya. Aku harap yang terakhir kalinya, dan jangan pernah lagi ada pesan yang sama. Kau tau ? Aku telah bersumpah pada diri sendiri, tidak akan lagi menjawab apapun pesan-pesannya. Semenjak cinta berubah menjadi penghianatan. Aku tidak bisa lagi memaknai, seperti apa cinta? Hari ini, Gie. Dengarkanlah cerita tentang seorang pecinta yang hebat.

Gie, bukankah belum disebut cinta apabila belum sampai membuat seseorang menjadi gila? Cintamu sehebat itukah ?

Puluhan tahun setelah kepergianmu. Seorang gadis yang mengagumi sajak-sajakmu, membacamu kembali. Lalu terbius dan ikut merasakan sulitnya cinta itu. Cinta sesulit itukah, Gie?

Dia terus berlari dari masa lalu. Tapi dia pun sangat takut menghadapi satu hari di masa depan. Yang pasti akan ia hadapi juga. Karena dia pun tidak bisa berhenti di tempat yang sama dalam waktu yang lama. 

Gie, dia ingin sekali membenci. Saat cinta telah berubah menjadi caci-maki. Nyatanya, Tuhan tidak menciptakan sebuah hati untuk saling membenci.

Dia masih berdiri di tempat yang sama, memesan minuman yang sama. Saat semuanya telah berubah. Menjadi asing. Dan usang.

Meskipun, sampai kapanpun, dia tidak akan bisa lupa dengan hari-hari lalu. Bagaimana rasa yang dulu pernah ada.  Kenangan yang sekian lama telah terjalin. 

Dan di suatu malam yang sepi di masa depan, itu akan terlintas di benakmu dan kamu bisa tersenyum, senang karena hal itu terjadi. Sebuah rasa yang belum tentu bisa dimiliki, sekalipun telah menjadi suami istri.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat Ulang Tahun, Ayah

I'm enough :)