I'm enough :)
Malem ini tiba-tiba random aja bales story temen lama di IG. Iseng aja sih, pengen tau dia masih inget nggak sama aku. Soalnya saat story nya lewat tiba-tiba ada rasa kayak 'sepertinya dulu akrab banget ya'.
Kira-kira beginilah,
"Gimana kabarnya?"
"Alhamdulillah kabarku baik, kabarmu gimana?"
"Alhamdulillah aku juga baik. Masih inget aku tah?"
"Inget banget lah El, karena kamu aku iso teko Alhusna"
Wah, mendengar jawabannya terharu sih. Aku pernah di tahap membuat orang lain 'terinspirasi' dalam kebaikan, eh malah akunya yg bandel justru lebih memilih keluar dari kebaikan.
Omong-omong, aku kenal dia pas ada mata kuliah umum PAI saat masih semester awal. Di kelas itu, aku punya banyak temen baru dari luar prodi. Aku nggak tau karena apa, bukan pengen bagus2in diri sendiri juga. Tapi aku inget banget saat itu, selesai kelas entah pertemuan ke berapa, tiba-tiba ada yang buntutin aku pas keluar ruangan. Mereka bertiga, dua mahasiswi dari prodi pendidikan Paud, satunya dari prodi PLS. Mereka terlihat antusias pengen kenal lebih deket sama aku, mulai dari terheran-heran gimana cara belajarku, sampe ada yg bilang "eh, otak kamu kok kayak komputer sih". Aku ngga tau gimana penilaian mereka tentang aku saat itu. Yang jelas mereka begitu penasaran sama aku, uee. Sampai akhirnya mereka pengen 'belajar bareng' sama aku. Khususnya ini dalam hal agama. Mereka pengen ikut 'ngaji' bareng di pondokku, dan alhamdulillah salah satunya malah ikut jadi santri.
Ya, aku seperti diingatkan kembali moment itu. Kamu tau? Beberapa bulan ini self esteemku sedang rendah-rendahnya bahkan minus. Aku yang akhir-akhir ini selalu bertanya 'am I not good enough?' Seolah-seolah sedang diberi jawaban dengan mengingat hal-hal kecil dan hal-hal baik tentangku. Yang jauuh sekali aku tinggal. Lamaaa sekali aku lupakan : diriku dengan versi terbaiknya!
Seseorang mengejekku dan mengatakan "yang elegan dong jadi cewek!" "Kamu kok insecure sama cewek2 cantik" Dan setelahnya aku jadi berpikir aku nggak cantik. Dan I always ask my mom, my friends "apa aku nggak cantik?" Dan aku jadi membandingkan 'kecantikan' hanya dari hal-hal yang sifatnya material saja. Aku lupa bahwa sejak dulu aku memiliki definisi yang berbeda terhadap kecantikan. Aku dengan segala kesederhanaanku dan kepercayaan diriku yang menurutku sudah cukup menjadikanku 'cantik'.
Cantik versiku saat itu, sudah cukup membawa diriku berani kemana-mana sendiri dan melakukan apapun sendiri. Berani berdiskusi di kelas dan berbicara di depan umum, berani ikut speech contest yaa meskipun hanya tingkat pondok sih, lumayan lah juara 3. Dan saat aku tanya ke temen gimana penampilanku tadi, dia jawab "keren, kamu keliatan kayak orang pinter lagi ngomong" .
No, aku bukan hanya berani saja. Tapi aku selalu membuat target, yang di depanku harus dengerin aku lagi ngomong. Makanya, saat dapat giliran berpidato malem jumat di pondok, para santriwati tidak rela aku mengakhiri pidatoku, mereka berteriak-teriak "lagi, lagi, lagi". Aku seneng melihat mereka tertawa mendengar ceritaku yang padahal nggak lucu-lucu amat. Nah, aku kangen, aku pengen, aku jadi kayak gitu lagi. Percaya diri! Hingga di kelas PAI aku kuliah sambil bawa kitab suci untuk mendebat dosen. Eh, berdiskusi ding.
See, aku yang beberapa akhir ini sering menunduk, rasanya pengen nutup muka kalo lagi ngobrol sama orang, cuma karena percaya kalo aku memang beneran insecure sama diriku yang nggak cantik ini. Aku sibuk berdandan, yang bukan aku banget. Hanya karena aku merasa kemaren menjadi diri sendiri ternyata aku tidak benar-benar dicintai. Ternyata yang mau sama aku mungkin selevel 'driver ojol'. Ya, karena dia driver ojol dan ga pede dapetin yang lebih makanya dia mau sama aku. Hal ini bener-bener menghantuiku dan membuatku ngerasa ga pantes sama siapa-siapa. Aku jadi ga percaya kalo ada yang bilang aku 'cantik'.
Dan yaa, di penghujung tahun ini, selalu ada hal-hal kecil yang tiba-tiba membuatku teringat ternyata aku 'berarti'. Bukan hanya sekedar cantik versi dunia memandang kecantikan perempuan.
Ternyata I'm good enough kok! Ternyata aku banyak lebihnya. Aku worth it kok. Aku cukup baik dengan ketulusan yang aku miliki. Aku hangat dan penyayang, seperti saat melihat muridku yang sedang menyeberang jalan, mereka melihat motorku melaju lalu mereka berteriak memanggilku sambil melambaikan tangan dengan riangnya. Ya, aku sangat sayang mereka dan berharap dunia juga menyayangiku sama tulusnya.
Buat diriku, tolong kembali menjadi versi terbaik dari dirimu ya. Jadi cantik senyamanmu. Kembali mengingat mimpi-mimpimu dan mungkin inilah saatnya untuk mewujudkan. Tidak ada yang terlambat dan tidak ada yang terlalu tua untuk terus berbenah bukan?
Jadi baik. Terus menerus. Dan pelan-pelan. Jangan jadi jahat, melukai orang lain, apalagi beramai-ramai melukai orang lain. Jangan ya. Bagaimanapun, lebih baik ditikam berkali-kali dan beramai-ramai daripada kamu yang harus melakukannya kepada yang lain. Lebih baik memberikan hakmu kepada yang lain, daripada kamu harus mengambil hak orang lain.
Karena sungguh segala perbuatan akan ada balasannya meskipun itu sebesar biji zarrah.
Komentar
Posting Komentar