Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui Apakah kau masih selembut dahulu? Memintaku minum susu dan tidur yang lelap Sambil membenarkan letak leher kemejaku Kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih Lembah Mandalawangi Kau dan aku tegak berdiri Melihat hutan-hutan yang menjadi suram Meresapi belaian angin yang menjadi dingin Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu? Ketika kudekap, kau dekaplah lebih mesra, lebih dekat Apakah kau masih akan berkata? Kudengar detak jantungmu Kita begitu berbeda dalam semua Kecuali dalam cinta Cahaya bulan menusukku Dengan ribuan pertanyaan Yang takkan pernah kutahu Di mana jawaban itu? Bagai letusan berapi Bangunkanku dari mimpi Sudah waktunya berdiri Mencari jawaban kegelisahan hati ******** Bahasa puisimu, Gie. Membuatku kembali mengingat. Tentang pesan panjang yang dikirim seseorang pada hari lalu. Pesan yang berisi perpisahan yang aku takut membacanya....
Perjalanan hari ini lumayan bikin pegel. Ada kali 100 km aku muterin kota Jombang. Berangkat dari rumahku yang letaknya di ujung utara, lalu pergi ke sekolah yang letaknya di ujung barat. Eh, aku cancel ding. Langsung pergi ke Cabdin yang letaknya di tengah kota, nunggu temen lagi nitipin motornya. Lalu kita berdua motoran ke SMKN Mojoagung yang letaknya di ujung timur. Iya, ada acara yang berkaitan dengan tugas tambahanku di sekolah. Tapi, bukan itu yang mau aku ceritakan. Siang tadi seperti biasa, setiap selesai acara aku selalu makan bareng rekan kerjaku. Hari ini kita memilih untuk makan nasi goreng di Sa'i yang dulu pernah kita datengin juga. Nyampek di sana, aku lihat di ponselku ada notif pesan dan panggilan tak terjawab dari 'Bu Umi', rekan kerjanya ayah. Ada apa ya, pikirku. "Mbak, nanti kalo longgar saya mau nelfon njenengan" "Oh nggeh bu, niki sampun longgar" Sambil menunggu pesanan makananku datang, aku mengangkat telfon dari Beliau dan men...
Malem ini tiba-tiba random aja bales story temen lama di IG. Iseng aja sih, pengen tau dia masih inget nggak sama aku. Soalnya saat story nya lewat tiba-tiba ada rasa kayak 'sepertinya dulu akrab banget ya'. Kira-kira beginilah, "Gimana kabarnya?" "Alhamdulillah kabarku baik, kabarmu gimana?" "Alhamdulillah aku juga baik. Masih inget aku tah?" "Inget banget lah El, karena kamu aku iso teko Alhusna" Wah, mendengar jawabannya terharu sih. Aku pernah di tahap membuat orang lain 'terinspirasi' dalam kebaikan, eh malah akunya yg bandel justru lebih memilih keluar dari kebaikan. Omong-omong, aku kenal dia pas ada mata kuliah umum PAI saat masih semester awal. Di kelas itu, aku punya banyak temen baru dari luar prodi. Aku nggak tau karena apa, bukan pengen bagus2in diri sendiri juga. Tapi aku inget banget saat itu, selesai kelas entah pertemuan ke berapa, tiba-tiba ada yang buntutin aku pas keluar ruangan. Mereka bertiga, dua mahasiswi...
Komentar
Posting Komentar